Come Back Time

Kamis, 18 Agustus 2016

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 17 August 2016
Kategori: Cerpen Cinta
Gadis putih dengan tinggi 165 cm, mata bulat sempurna dan juga bulu mata yang lentik, memperindah raut wajahnya. Tidak hanya itu saja, lesung pipi dan juga gigi taringnya semakin membuatnya terlihat manis dan juga cantik.
Fely Anggi Wiraatmaja, seorang kapten Band terbaik di kotanya. Dikenal sebagai barbietar (Barbie Gitar). Band yang terdiri dari empat orang itu telah menjadi perhatian Bupati kota. Karena, maraknya nama band itu di kalangan remaja.
Tidak hanya itu saja, fhashion yang dimiliki oleh mereka juga tidak main-main. Sehinga, dapat menarik hati para penggemarnya. Membuat ia terpilih sebagai band terbaik di kota itu dan juga mendapat undangan tampil untuk pembukaan turnamen Winter Club Basketball National yang diselenggarakan Bupati untuk menyambut kedatangan tamu dari Jepang yang sedang mengamati potensial Negara Indonesia. Sungguh kebangaan bagi band Felly.
Dengan tampilan seragam sekolah yang keren ia mulai memperindah dirinya. Rok sekolah dengan ukuran 2 cm di atas lutut, dilengkapi dengan jas hitam serta sepatu mewah miliknya dan style rambut rapi tergelung, membuat kesan sedikit tomboy pada dirinya. Tentunya, dengan atribut sekolah yang sangat disegani bagi sekolah lain. Karena, sekolahnya adalah sekolah favorit di kota itu. Saat semuanya sudah lengkap, ia siap untuk menuruni tangga menuju meja makan di bawah sebelum mamanya memanggil dengan suara rocknya itu.
Tepat pukul 06.30 Felly dan juga keluargannya menggiring Felly ke dalam garasi mobil mereka. Kedua orangtua Felly telah memberikan Felly kado mobil sebagai hadiah ulang tahunnya. Tentunya, mobil yang sangat diidamkan oleh Felly. Saat mamanya menyuruhnya untuk memakai mobil itu ke sekolah, Felly menolak. Ia lebih memilih di antar oleh supir pribadi dibandingkan menyetir mobil sendiri. Awalnya mamanya memaksa, tapi akhirnya mengerti juga.
“Hey baby, kemana mobil mewah lo? Bukannya nyokap lo kemarin udah nambah mobil koleksi lo ya?,” tanya Bram.
“Males gue Bram,” jawab Felly saat ia telah keluar dari mobil mewahnya.
“Hahaha, itulah Felly Anggi Wiraatmaja, kapten band Pro Tecno yang hanya menyukai segala kesederhanaan, padahal uang dan emas mengelilinginya. Felly, Felly, hidup lo nggak pernah berubah ya!,” sahut Riska.
“Buat apa juga hidup mewah tapi nggak pernah tahu arti kehidupan? Basi tahu!”
“Emang lo tahu arti kehidupan itu apaan? Perasaan, yang gue tahu itu, lo cuma bisa mengukir tangga nada lagu, serta menciptakan lagu baru dengan gitar lo itu Felly!,” ledek Billy.
“Hahahaha, iya juga sih. Gue cinta aja nggak terlalu gablek ngertinya! Oh, ya kemarin gue udah ngasih kalian tangga nadanya kan buat dihafalin? Soalnya ada perubahan dikit nih, buat acara pembukaan turnamen besok.”
“Udah gue duga. Ini anak kalau nggak nyiksa orang nggak enak kali ya hidup lo? Kalau nggak bikin orang kelaparan karena latihan, mendadak mengubah tangga nada di waktu deket hari tiba acaranya. Felly, Felly gila lo!”
“Lo pikir gue nggak gila Bram mikirin beginian, udah itu gue nanti ada ulangan Kimia lagi. Nyebelin aja tuh pelajaran.”
“Ulangan apa hah? Sekolah kita sekarang free karena pemain basket yang akan tanding turnamen dengan siswa Jepang yang datang ke sini mau latihan di sekolah kita. Jadi, nanti kita juga gladi bersih di sini buat pembukaan turnamennya.”
“Siapa yang ditunjuk sama Bupati buat ngelawan anak-anak Jepang itu?”
“Berita udah basi, lo malah baru nanya sekarang Fel, gimana sih? Timnya mantan lo dodol!”
“Jadi, jadi, jadi Arka, Arka…”
“Iya, Arka bakalan ke sini hari ini. Jadi lo siap-siap aja buat nyanyi di depan dia. Gue nggak yakin Fel kalau lo bisa nyanyi ngehitz di depan Arka, gue takut kalau lagu yang lo ciptakan awalnya ngebazz berubah jadi melow karena liat Arka.”
“Apaan sih, nggak segitunya juga kaleee! Yaudah cabut yuk latihan, mumpung free. Daripada di sini, nggak ada manfaatnya, mending nyoba lagu yang gue ubah semalem.”
“Ok, let’s go!”
Mereka adalah anak-anak yang terlahir dari keluarga yang penuh dengan kemewahan, terutama Felly dan juga Bram. Hal yang paling disukai oleh Felly dari mereka adalah tidak menyombongkan akan kemewahannya. Dalam arti, walaupun keseharian mereka hidup dalam kemewahan, mereka tidak pernah menyebutkan kemewahan yang mereka miliki. Apa adanya adalah mereka.
Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tentunya, bakat yang berbeda pula. Bram adalah seorang drummer, ia pernah kursus di New York untuk drummernya. Ia melakukan kursus setiap liburan semester tiba. Hal itu, juga dilakukan oleh Billy sebagai pemegang bazz. Sedangkan Riska, ia tidak akan pernah mengerti tentang musik apabila orang lain mencampurinya, terutama piano.
Sehingga, ia mendalami teknik-tekniknya dengan sendirinya. Dan Felly sebagai gitaris, mengerti mendalam berdasarkan hati serta ayah Felly yang juga bisa main gitar. Tapi, ia bukan seorang gitaris sejati, melainkan pengusaha sejati. Banginya, prinsip-prinsip seorang pengusaha yang ada dalam dirinya adalah sebuah nafas yang ia hembuskan setiapa detiknya.
“Panggilan untuk Felly dan juga anggota bandnnya. Harap segera datang ke lapangan. Karena gladi bersih akan segera dimulai!,” pengumuman dari TU yang terdengar di spiker studio.
Mereka pun bergegas untuk pergi ke lapangan. Sesampai di sana, ia disambut oleh seluruh penggemarnya.
“Ok, gue mulai sekarang ya?”
“Lanjut… Bil.”
Saat semua alat musik personil telah dimainkan, Felly hanya dapat terdiam saat bola matanya telah menyapu suluruh sudut tempat dan juga barisan tim basket. Dan, menemukan apa yang dia cari. Hal itu membuat para penonton bingung melihat Felly yang hanya diam layaknya batu yang telah dikutuk.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama saat Bram mengingatkan Felly. Tapi, Felly hanya manggut-manggut dengan posisi mebelakangi Bram. Hingga akhirnya, Bram pun turun dari kursi drumnya dan mendekat ke Felly untuk melihat apa yang terjadi.
“Udah gue bilang kan tadi, dia nggak bakalan bisa kuat Bil! Terus sekarang gimana? Masak vokalisnya nangis begini? Aduh, gimana sih lo Fel, nggak konsisten tahu!,” bentak Bram kesal.
“Felly plis, lo jangan gini Fel. Lo harus kuat!”
Felly hanya terdiam dan menghiraukan kata-kata Billy. Hingga tiba saatnya ia mendapatkan sebuah anugerah untuk menjadi dirinya sendiri saat di atas panggung.
“Hello, Pro Tecno? How are you?”
“Waaaaaaa, Felly kereeeennnn!!!!”
“What? You Miss we? Oh, thank you. It’s music for you all!!!,” sapanya kepada penonton.
“Bram, go winner!!!”
“Ok kapten!!!!”
Sedikit lagi, Felly bisa menghancurkan gladi bersihnya dan mempermalukan semua anggota band karena ulah bodohnya. Tapi, mentari yang bersinar seakan memberikan energi ganda baginya saat senyum Arka berada di sudut bibirnya dengan tatapan yang mengarah ke Felly. Dan disanalah Felly memulainya. Ia mengawali lagunya dengan sentuhan drum, bazz, dan juga gitar, setelah itu disusul oleh piano. Campuran suara alat musik itu membentuk sebuah lagu modern terapan yang sedang trend di kalangan remaja.
Teriakan penonton membuat Felly merasa lega akan penampilannya. Namun, sebelum ia turun dari panggung, Arka berlari dari barisannya dan menuju ke arah Felly. Meraih tangan Felly dengan erat.
“Apa maksud kamu menyanyikan lagu itu?”
“Arka, apa-apaan ini? Kamu nggak malu…”
“Stop Felly!!! Jawab aku sekarang!!!”
“Arka aku… aku…,” jawab Felly gugup.
“Aku telah menjadikan surat perpishan kita untuk yang pertama kalinya menjadi alunan musik? Sedangkan aku berusaha melupakan kamu lima tahun lamanya? Dan dengan mudah kamu menghancurkan mimpiku?”
“Apa kamu bilang? Menghancurkan mimpimu? Kamu yang menghancurkan mimpiku Arka!!!! Apa kamu pikir aku bahagia setelah kepergianmu? Apakah kamu pikir aku dapat menitih karirku dengan tenang tanpa kamu di sisiku? Arka, aku mengenal cinta karenamu! Aku mengenal rindu karenamu! Dan aku hancur serta bahagia karenamu! Kaulah inspirasiku! Dan, disanalah titik aku tidak bisa melupakan kamu Arka!!! Ok, aku akui aku nggak bisa jadi apa yang kamu mau! Banyak harapan yang aku inginkan darimu Arka! Saat aku rindu, aku hanya bisa menyampaikannya melalui udara, menulisnya dengan tangga nada, dan juga mengenang kenangan kita! Arka, maaf kalau aku telah mengahancurkan impianmu! Maaf, maaf Arka,” jawab Felly dengan tatapan tajam serta deraian air mata yang dapat membuat seluruh penonton terhenyak sunyi.
“Kenapa yang kamu rasakan sama sepertiku Felly, kenapa? Kenapa Fel? Jawab!!!,” paksa Arka dengan menyentakkan bahu Felly.
Felly hanya terdiam dan bersuara dengan deru tangisnya. Hingga akhirnya, Arka memeluk Felly. Badan Felly bergetar, sesak, panas dan dingin bercampur dengan rindu mendalam. Ia berusaha menolak pelukan itu. Namun, tangannya memaksakan dirinya untuk merangkak membalas pelukan itu. Deru tangis keduanya semakin keras terdengar bercampur sesak di dada antara keduanya. Suasana yang hening, kini penuh dengan tangisan pilu saat melihat panorama itu. Felly yang awalnya malu akan peristiwa itu, kini menjadi kado indah bagi ulang tahun Felly. Ia tidak mempedulikan keberadaan orang-orang sekitar setelah ia terhanyut akan pelukan itu.
“Biarlah perpisahan ini terjadi Felly. Tapi asal kau tahu, hanya dirimulah yang dapat mengerti siapa aku, dan apa mau hatiku. Terimakasih karena telah memberi aku kebahagiaan, kedamaian dalam hati, serta senyum keceriaan walaupun hatimu terluka saat melihat diriku Felly. Berikan aku waktu sedikit lagi, agar aku bisa menjadi milikmu seutuhnya. Bukan hanya sekedar melihat kadua matamu. Tapi, agar aku dapat memelukmu lebih lama lagi,” kata Arka di sela-sela tangisnya.
“Arka,…,” jawab Felly tertahan dengan tenggorokan yang tercekat.
“Sekeras apapun aku melupakan dirimu, semakin kuat cinta itu. Semakin keras…”
“Aku menyingkirkan bayanganmu, semakin kuat juga bayangan itu menghampiri. Semakin kuat aku membencimu, semakin besar cintaku padamu. Sepintar apapun aku berlari dari cintamu, semakin dekat pula dirimu menghampiri. Aku merasa, cinta ini seperti air. Sekeras apapun kita menghabiskannya, air itu tidak akan pernah berhenti mengalir,” kata Felly bersamaan dengan Arka saat mereka mengingat kenangan indahnya.
“Felly…”
“Udah, aku udah ngerti kok dengan maksud kamu. Udah di tunggu sama banyak orang tuh, sana gih masuk lapangan! Aku akan support kamu di sini!,” jawab Felly dengan senyuman ramah.
“Janji nggak liat kanan kiri selain aku?”
“Janji sa…”
“Sa apa Fel?”
“Tch, udah ah sana, kasian mereka menunggu!”
“Ok, sekali lagi makasih ya, atas segalanya terutama kesetiaannya.”
“Iya, iya, udah sana gih. Katanya mau..,” katanya terputus karena Arka telah mengerti maksudnya.
“Ok, ok aku pergi sekarang! Bye.”
Saat Arka telah berlari ke tengah lapangan, Felly melanjutkan kalimat yang ia tunda sebelumnya.
“Janji sayang… “
“Giliran orang ilang, elonya berani bilang. Hhhhh, gimana so sweetnya Felly?”
“Udah deh Bram, jangan gitu.”
“Udah, udah, daripada bilang gitu, mending minta traktiran sama Felly. Dia kan habis balikan sama mantan pacarnya dulu.”
“Eh, gue nggak bilang balikan lo ya…”
“Nggak bisa Fel, itu udah faktanya. Lo nggak usah ngelak lagi,” kata Bram dengan senangnya layaknya seorang rentenir menagih hutang.
“Ih, apaan sih?!”
Bullyan terus terlempar atas kebahagiaan Felly hari itu. Namun, apa yang dikatakan oleh teman-temannya tentang balikan bukanlah hal yang menjadi fakta. Dalam arti, hubungan Felly dengan Arka tidak terjalin seperti dulu lagi. Pacaran, atau berbahagia dengan hubungan itu. Melainkan membiarkan cinta mereka tumbuh subur di sela-sela hati mereka yang masih kosong. Hingga seluruh hatinya terpenuhi dengan cinta untuk satu orang saja. Meyakinkan masing-masing hati untuk mencintai lebih dari sebelumnya dan saling menunggu hingga mereka siap untuk pergi ke arah yang lebih serius. Sambil menunggu waktu, mereka memanfaatkannya untuk menitih karir mereka. Dengan janji, tidak meghianati penantian satu sama lain.
Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Dan di setiap kehidupan manusia, selalu ada permasalahan yang menghadang. Entah itu harta, sahabat, kedua orangtua, kekasih, dan juga yang lainnya. Semua dapat teratasi saat kita siap untuk menghadapinya, tentunya dengan kesabaran dan juga keikhlasan. Termasuk menutupi kesedihan tersebut dengan senyuman walau terasa sakit. Serta, memperbaiki diri dengan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Seperti contoh, saat menghargai cinta.
Cinta begitu indah karena sebuah anugerah dari-Nya. Cinta yang hadir dalam hati tanpa sebuah rencana. Cinta dapat menjadi sebuah inspirasi atau motivasi bagi setiap seseorang. Cinta juga dapat berbicara, dimana orang itu tidak dapat mengungkapkan apa maksud dari cinta. Setiap orang manafsirkan cinta dengan filsafah yang berbeda-beda pula. Sehingga, banyak ciri-ciri ataupun cara untuk mencintai seseorang.
Tidak hanya itu saja, cinta dapat menusuk seseorang saat orang yang memiliki anugerah itu tidak dapat menjaganya, merawatnya, serta memberikannya hanya sebatas sebagai kebanggaan belaka, bukan sebuah ketulusan. Cinta juga dapat merusak impian seseorang, saat ia tidak bisa memegang cinta itu menuju jalan kebenaran. Saat cinta terfikir sebagian dari kehidupan, cinta sama halnya dengan air, terus mengalir tak akan pernah berhenti untuk hadir di setiap hati manusia. Namun, agar cinta itu benar-benar indah dan tidak memberikan kehancurkan, semuanya tergantung kepada setiap orang untuk mengarahkan air itu ke arah mana? Jikala ia mengarahkannya ke jalan yang benar. Maka, niscaya ia akan selamat. Dan juga sebaliknya.
Cerpen Karangan: Pratiwi Nur Zamzani
Facebook: Pratiwi Nur Zamzani (Pakai Kerudung Putih)
Nama saya Pratiwi Nur Zamzani. Dapat menghubungi melalui akun facebook saya yaitu Pratiwi Nur Zamzani ( Pakai kerudung putih ) , twiiter @nur_zamzani atau E-mail pratiwinurzamzani[-at-]yahoo.co.id. Dengan alamat, Jl. Rambutan, Pesanggrahan selatan, Bangil, Pasuruan. Prestasi yang pernah saya raih adalah juara 3 Mading, puisi dan cerpen pernah diterbitkan di majalah SPEKTRUM dan berbagai buku antologi. Antara lain adalah, Menjembut Ridhomu, Sapa malam teriak rindu, Dream Wings, dll.

0 komentar:

Posting Komentar