Pertanyaan Yang Tak Terjawab (Cerpen)

Rabu, 21 Oktober 2015


PERTANYAAN YANG TAK TERJAWAB
Cerpen Karya Dysa Rachel
Malam yang bertabur bintang dihiasi lampu-lampu taman bulan tersenyum terang bahagia melihat mereka yang bersenang-senang malam ini. Aku bercermin melihat penampilanku untuk malam terakhir bersama teman dan guru-guruku, namaku Elyssna putri biasa disapa Elys, aku berumur 17 tahun dan saat ini aku bersekolah di Precious stone school kls XII, aku mempunyai rambut ikal berwarna pirang dan untuk malam ini rambut yang tergerai ini ku ikat dua dengan rapi, bola mata yang berwarna cokelat, dan memakai gaun putih dengan pita kecil yang manis di bahu sebelah kiri berwarna ungu. Ku pandangi kembali penampilanku “sempurna” pikirku. Tiba-tiba menetes air mata ini bila mengingat malam ini adalah malam terakhir ku sebagai murid di Precious stone school, tak rela rasanya bila aku harus meninggalkan kenangan di sekolah ku ini. Berpisah dengan teman-temanku yang selalu ada disaat aku merasakan suka maupun duka. Guru yang tiada pernah bosan-bosannya membimbing aku. Aku gak rela untuk kehilangan itu semua, tapi bagaimana juga aku harus rela ! aku harus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, agar orangtua ku bangga melihat ku.
Pertanyaan Yang Tak Terjawab - Cerpen Cinta Remaja
Teringat masa lalu yang tiada pernah bisa aku lupakan bersama sahabat-sahabatku yaitu Intan, Ocha, Diksi, dan Jean. Mereka yang selalu ada bersama ku dan takkan pernah bisa melupakan tingkah laku mereka, disaat jam istirahat di sekolah, disaat guru tidak masuk ke kelas. Mereka selalu saja membuat kelas menjadi kacau, dan sering kali kami di tegur oleh guru yang sedang mengajar di samping kelas kami.

Suatu pengalaman yang tak terlupakan dengan mereka, disaat kami pergi ke suatu tempat keramaian yaitu ke mall, aku merasakan hal-hal yang tidak pernah ada di sekolah yaitu bersenang-senang tanpa harus ada satu pun rumus yang harus masuk ke dalam otak ku. Saat menginjakkan kaki di tempat ini kami langsung berpikir untuk mencari restoran, karena kami semua sama sekali belum ada yang makan siang, akhirnya kami menuju ke sebuah restoran, kami mendapatkan sebuah meja dan kursi di sudut kanan pintu masuk restoran ini kosong, kami pun berjalanan menuju meja dan kursi kosong itu untuk di tempati. Masing-masing dari kami merogo kantong masing-masing untuk mengambil uang dan segera memesan makanan, mereka memberikan uang mereka kepadaku yang artinya aku yang memesan makanan untuk kami semua. 
Aku pun segera bangkit dari tempat dudukku sebelum cacing di perut kami mengaung, aku menuju tempat memesan makanan bersama temanku Ocha, kami memesan sebuah paket makanan agar harganya kebih terjangkau. Pegawai restoran ini pun langsung menyiapkan makanan pesanan kami, tidak lama hidangan itu pun sudah jadi, aku mengambil uang yang kami kumpulkan tadi untuk membayar makanan ini ke kasir. Aku dan Ocha kembali ke tempat duduk dimana teman-temanku sudah menunggu makanan yang berada di tangan kanan dan kiri ku ini. Sampai aku di tempat dimana seharusnya aku duduk.
“serbu” teriak Diksi dengan tangannya yang menyambar makanan pesanannya.
“hey... hati-hati jangan rebutan semua kebagian kok” ujar ku agar mereka tidak ribut.
Setelah kami semua kebagian makanan,
“ayo kita makan...!!!” seru Jean.
Dan kami semua pun makan, saat kami makan Diksi pun membuat tingkahnya, dia mencolek pipi Jean dengan saus tomat, sehingga membuat Jean ngambek.
“jangan gitu lah Diksi kan pedas” ucap Jean sambil menghapus saus di pipinya dengan tisu.
Kami semua yang melihat raut wajah Jean yang ngambek pun tertawa
“hahaha....ha....ha.... jangan marah Jean kan si Diksi cuma bercanda” ucapku agar Jean tidak ngambek lagi.

Kami pun selesai makan dan segera meninggalkan restoran ini, dan menuju tempat membeli tiket untuk nonton bioskop, sebelum membeli tiket kami melihat daftar film yang ditayangkan untuk hari ini, banyak film yang ditayangkan antara lain, Avenger, Rumah Seribu Ombak, Jendral Kancil, dan masih banyak lagi. Aku dan Ocha tidak berniat untuk menonton karena jadwal tayangnya film-film itu pada sore hari
“jika kami menonton kami akan pulang malam, karena durasi film-film itu berlangsung selama 3 jam. Sedangkan, sekarang sudah jam 5 sore” pikir ku sambil melihat jam di pergelangan tangan kiri ku.
Diantara kami semua yang sepakat untuk menonton adalah Intan, Jean, dan Diksi. Mereka bertiga pun membeli tiket untuk film Rumah Seribu Ombak sedangkan, aku dan Ocha menunggu di luar tempat membeli tiket sambil melihat ke sekeliling kami.

Tepat pada waktu nya film akan di mulai, aku dan Ocha berpisah rombongan dengan Intan, Diksi, dan jean. Mereka berjalan menuju ruang bioskop sedangkan, aku dan Ocha berjalan ke arah esculator menuju supermarket yang berada di lantai bawah untuk membeli oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Sebelum masuk ke supermarket, kami menitipkan tas ke tempat penitipan barang. Kami berdua masuk dan segera mencari apa yang ingin kami beli, aku mengambil sebuah tisu basah dan beberapa makanan ringan dan memasukkannya ke dalam keranjang yang kami ambil di depan pintu masuk supermarket, setelah keranjang kami terisi dengan barang-barang yang ingin kami beli, kami pun berjalan ke kasir untuk segera membayar barang-barang ini.

Kami keluar dari supermarket dan menuju ke penitipan barang untuk mengambil tas yang kami titipkan tadi, kami berdua bingung dan saling bertanya-tanya
“mau beli apa lagi ya ?” tanya ku berharap mendapatkan usul dari
Ocha.
“aku juga bingung, lebih baik kita pulang soalnya sudah jam 6” ujar
Ocha sambil melihat jam tangannya.
“yasudah yok” jawabku.
Kami berdua berjalan menuju pintu keluar gedung mall yang dingin karena AC nya. Udara yang dihirup setelah keluar dari gedung itu terasa berbeda dengan cuaca yang mendung, pertanda matahari akan tenggelam dan berganti jadwal dengan bulan yang di temani oleh bintang-bintang. Kami berdua menunggu angkutan umum yang melewati jalur rumah kami.
“ si Jean, Diksi dan Intan lagi ngapain ya kira-kira ?” tanya Ocha penasaran kepadaku.
”ya lagi nonton lah pastinya haha...ha...” jawabku sambil tertawa
“ihhh elys, aku kan nanya nya beneran, aku juga tau kalau mereka lagi nonton, tapi kira-kira jam berapa ya mereka pulang ? apa gak dicariin sama orangtua nya ?” tanya Ocha sambil melihat isi tas belanjaannya.
“paling-paling malam, entah tuch orang itu tadi dibilangin gak usah nonton, eh malah ngotot mau nonton” jawabku mencoba meyakinkan Ocha.

Tak lama angkutan umum yang kami tunggu pun datang, tangan ku melambai ke depan, memberikan isyarat kepada supir agar menepi dan kami menaiki angkutan umum itu. Tiba-tiba handphone ku berdering pertanda panggilan masuk, segera ku ambil di saku kanan celana depan, ku lihat bahwa nomor yang menelpon ku sama sekali tidak ku kenal. Karena nomor ini sama sekali tidak ku kenal, aku tidak berniat untuk menekan tombol jawab. Karena, rasa penasaran aku mengirim pesan singkat kepada nomor tersebut dengan text “siapa ini?” tidak lama aku mengirim pesan Ocha turun.
“Deluan ya, lys !” serunya
“ eh, iya hati-hati ya” jawabku dengan nada bicaraku yang sedikit terkejut.

Tak lama Ocha turun, handphone ku kembali berdering tanda pesan masuk. Aku segara membacanya ternyata pesan dari nomor yang baru saja ku kirimin pesan. Isi pesan nya “ini mama nya Jean, kamu tau tidak Jean nya dimana ? soalnya dia belum pulang” aku terkejut membaca pesan ini, itu berarti Jean tidak memberitahu mamanya kalau dia pergi pergi jalan-jalan bersama teman-temannya, tersadar aku ternyata sudah berada dekat dengan komplek rumahku. Aku turun dari angkutan umum dan berjalan menuju rumahku sambil membalas pesan dari mamanya Jean karena, aku takut jika mamanya khawatir “iya tante, tadi dia pergi dengan saya dan juga teman-teman tapi, di belum pulang karena, dia nonton bioskop dengan rombongan yang lain” ku kirim pesan ini dengan perasaan yang takut.

Aku gak tau mengapa perasaan ku se khawatir ini, dan tentu dengan perasaan yang bertanya-tanya dalam hati ‘kok mamanya ngirim pesan ke aku ya ? kok bukan ke yang lainnya ?’ pertanyaan itu selalu ada dalam benakku. Aku mendapat balasan pesan dari mama nya Jean “oh, iya sayang makasih ya informasi nya, nanti tante telpon kamu lagi” balasannya membuat aku merasa akrab dengannya, hal ini semakin membuat tanya di benakku “apa artinya ini ?” aku terlalu menganggap semua nya spesial, dan terlalu cepat bagiku untuk mengenal semuanya dengan akrab.

Malam semakin larut, angin bertiup dengan santainya melambai pohon-pohon dengan manja, rembulan semakin terang menemani hati yang penuh ke khawatiran karena, sudah jam 8 malam ini kabar bahwa Jean sudah pulang ke rumah sama sekali belum terdengar oleh telingaku, entah apa yang membuat aku menunggu kabar itu, padahal Jean itu cuma teman gak lebih. Apa ini yang namanya perhatian, perhatian yang terlalu berlebihan.

Jam 09.00 malam dengan rasa lelah aku menggerakkan badanku yang terbangun dari tidurku. Aku tersadar bahwa aku ketiduran, rasa tanya itu masih ada dalam pikiran ku. Kuambil handphone ku yang terjatuh dari tempat tidur dan ku lihat 2 panggilan tak terjawab dan 1 pesan masuk. Aku mulai gelisah pasti mama nya Jean dan tebakkan ku benar mamanya yang menghubungiku dan 1 pesan dari mamanya “Jean nya sudah sampai dirumah” perasaan yang lega dan tanya yang membuat gelisah itu hilang, aku kembali berbaring ke tempat tidur dan merasa hari ini menyenangkan dan tidak akan pernah aku lupakan.

Tersadar aku dari lamunan ku karena, aku mendengar ada yang memanggil ku. Aku melihat ke sekelilingku dan benar teman-temanku memanggil ku, ku hapus air mata yang mengalir di pipiku dan segera berjalan menuju suara itu. Ku temui teman-temanku dengan raut wajah mereka yang gembira menikmati malam yang indah ini, mataku tertuju kepada seseorang yang selalu ada dalam tanyaku ya benar Jean, dia adalah teman tapi bukan teman biasa, dia yang selalu membuat perasaan ini aneh, sepertinya aku menyukainya tapi aku tidak tau perasaannya kepadaku. Ku harap malam ini bukan malam terakhir ku bertemu dengannya, karena aku masih ingin tau jawaban pertanyaan hatiku.
APAKAH DIA MENYUKAIKU ?

0 komentar:

Posting Komentar