Angelia (Cerpen)

Rabu, 21 Oktober 2015

Global warming memanaskan bumi ini, panas menusuk sampai ke jiwa, musim bergilir tidak menentu, dan orang-orang mengeluh karena sawah-sawah mereka gersang dan kekeringan.
“Aaahhh..”
Kuik melepaskan baju sekolah yang menempel di tubuhnya, seragam putih abu menjadi penentu untuk masa depan, karena di zaman sekarang lulusan SMP tidak ada gunanya dan orang-orang tidak menghargai ijazah yang dia dapat selama sembilan tahun.
“Aduh panas sekali, main di luar panas nonton tv saja ahh”
Kuik mengambil remote televisi dan menonton acara kesukaannya, televisi berwarna agak pudar menuntunnya masuk ke dalam dunia sinema.
“Ada film seru nih apa ya judulnya?”
Kuik memfokuskan pandangannya pada layar televisi.
“Cintaku terhalang kandang domba”
Dia pun sedikit tersenyum sambil duduk di sofanya yang empuk. Film yang mengangkat cerita cinta remaja dengan sedikit humor yang membuat Kuik tidak bisa menahan tawanya.
“Hai wik lagi apa nih?”
Kuik pun menoleh ke depan pintu yang sudah terbuka. “eh lo lid kirain siapa, masuk kita nonton sinema nih,”
Kolid pun masuk, dan duduk di kursi.
“emang apa judul filmnya?” Kolid pun bertanya dengan suara ngebassnya.
“Judulnya cintaku terhalang kandang domba”
“Hahaha… memang ada film yang seperti itu.”
“ada nih gue lagi nonton”
“Mana gue mau lihat”
“Sabar dong kita tunggu iklannya dulu”
Mereka berdua pun dengan sabar menunggu, karena penyiar televisi hidup karena ada iklan, dan terkadang ada statsiun televisi yang durasi iklannya sampai sepuluh menit, waktu yang lama untuk menunggu, kata sang pujangga menunggu satu menit bagaikan satu hari, jadi kalau sepuluh menit bagaikan sepuluh hari dong. Ya udah kita jangan ngebahas masalah menunggu, lebih baik kita kembali ke cerita.
Kuik dan kolid pun terus menunggu iklannya berlalu, tak sadar mulut mereka pun terus terbuka, maklum mereka sudah gak tahan pengen lihat filmnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, film yang mereka tunggu pun akhirnya hadir, bagai pepatah, “tak ada satu terowongan yang tanpa ujung, walaupun hujan badai pasti ada redanya.”
“Ini lid filmnya”
“Tapi bener judulnya”
Mereka pun asyik nonton, hingga tak sadar pintu rumah kuik terus terbuka, dan tiba-tiba Lia dan Angel masuk. Angel adalah anak semata wayang dari delapan bersaudara, Lia seperti memanjakannya, dan Angel selalu berdiri di sampingnya. Lia berdiri dengan gagahnya walau pun kakinya penuh lumpur, tapi dia terus masuk bersama Angel.
“Hey Lia pergi sana, kamu tidak pantes masuk ke sini”
Kuik berteriak mencaci-makinya, namun Angel dan Lia tak menghiraukannya.
“Sialan” Kuik pun berdiri dan menghampirinya, kakinya melayang tepat kepada Angel dan Lia, hingga mereka pun berlari ke luar rumah Kuik.
“Ukh… dasar Kuik punya rumah butut ajah sombong, mereka tak sadar kehadiran kita memberikan rezeki untuk dia”
“Ya udah kita kabur aja” Gerutu Lia dan angel, sambil pergi meninggalkan rumah kuik.
“Sudah wik jangan kayak gitu nanti mereka pergi loh” Kolid mencoba untuk memperingatkan kuik.
“Habis lid gue kesel, mereka enggak kayak yang lain”
“Memang mereka gimana?”
“Tiap gue buka pintu mereka selalu aja masuk”
“Memang masalah buat loh?”
“Ya masalah dong, coba kamu lihat kaki mereka kotor-kotor”
“Ya udah kita nonton lagi” emosi Kuik pun mulai reda, sinema pun sebentar lagi akan usai.
Menghitung hari dan jarum jam pun seakan tidak mau berhenti, terus berlalu walau pun dia tidak tahu masalah yang dihadapi Kuik, dan sang mentari pun selalu menampilkan pemandangan yang eksotis, warna jingga menggoreskan sang mega dan selalu begitu di saat Kuik kebingungan mencari Angel dan Lia.
“Ukhh.. dasar Angelia hidup aja nyusahin apalagi udah mati”
Sumpah serapah terlontar, terbang menuju hati Kuik yang terdalam, hingga akhirnya Kolid pun datang.
“Lid.. lo lihat Angelia?”
“Siapa tuh Angelia?”
“Itu Angel sama Lia”
“Oh memang ke mana mereka?”
“Aduh lid, oon dipiara, mending lo miara kambing atau ayam”
“Enak ya bisa dimakan, hehehe”
“Ah pusing ngomong sama lo, mending lo bantuin nyari, sudah tiga hari mereka hilang”
“Apa?”
Ekspresi kaget terpahat di wajah kolid.
“Biasa aja dong”
“Ya gue biasanya kayak gini, terus kapan mereka hilang?”
“Di saat kita nonton film cintaku terhalang kandang domba”
“Ohh”
Mereka pun duduk dan berpikir.
“Aha, aku punya ide”
“Ide apa lid?”
“Kita pasang iklan”
“Ah yang bener, memang iklannya gimana?”
“Dicari Angelia, sepasang Ibu dan anak ayam. Anak ayam namanya Angel dengan ciri-ciri tubuh mungil dengan tinggi lima belas senti, dan Ibu ayam yang bernama Lia dengan ciri-ciri wajah sedikit merah, kaki panjang yang seksi dan sedikit berbulu.”
“Hahaha, ada-ada aja, sekarang aku sadar”
“Memang kemarin-kemarin kamu gak sadar ya”
“Ah lo lid nyamber aja, dengerin dulu dong”
“Ya udah gue dengerin”
“Jadi gue sadar semua makhluk sama di mata Allah, cuma akal yang membedakan kita, dan semua makluk punya fungsi masing-masing”
Cerpen Karangan: Ruswandi

0 komentar:

Posting Komentar