Pada suatu hari, hutan tersebut kedatangan seekor penghuni
baru. Dia adalah si Lili ulat. Tapi para hewan dan pohon sangat membencinya,
karena dia terkenal sangat rakus dan tak memiliki manfa’at apapun. Dia sangat
rakus dalam memakan daun-daun, sehingga banyak pohon yang tak mau dia tinggali.
Sehingga Lili si ulat harus berpindah dari satu pohon ke pohon lain untuk
mencari rumah.
“Wahai pohon apel, bolehkah aku ikut tinggal di dahan mu?”. Tanya
Lili ulat pada pohon apel.
“Kau tak boleh tinggal di sini. Karena makan mu banyak. Jika
kau terlalu banyak memakan daun ku, maka aku tak akan bisa lagi berbuah. Carilah
pohon lainya..”. kata pohon apel dengan ketusnya.
“Tapi aku janji, suatu saat budi mu pasti akan aku balas. Izinkan
aku tinggal di sini, karena aku tak lagi memiliki rumah lain”. Kata Lili ulat
memelas.
“Pokoknya tidak boleh..!! karena para hewan yang ikut
tinggal di pohon ku pasti juga tidak setuju. Karena jika buah ku berkurang,
mereka juga akan kekurangan makanan. Lagi pula apa yang bisa kau lakukan? Mahluk
jelek dan lemah seperti mu tak bisa melakukan apa-apa selain makan dan makan
saja. Sana pergi cari pohon yang lain”. Kata pohon apel dengan membentak.
Ahirnya dengan sedih Lilit ulat pun pergi mencari pohon lain
yang mau dia tinggali. Tapi jawaban tiap pohon yang di temuinya sama, tak ada
yang mau menerimanya. Ahirnya.. dia keluar dari hutan menuju ke pinggir hutan. Dia
menangis dengan sedih meratapi nasib yang di alaminya. Ternyata tanpa dia
sadari, ada pohon bunga matahari yang dari tadi memerhatikan dia.
“Mengapa kaumenagis kawan? Katakana masalah mu, mungkin aku
bisa membantu mu”. Kata bunga matahari.
“Si.. Siapa yang bicara?”. Kata Lili ulat terbata-bata
karena kaget.
“Aku yang bicara.. lihatlah ke atas!! Aku adalah bunga
matahari. Aku adalah ratu dari semua bunga yang ada di padang ini”. Jawab bunga
matahari.
Lalu Lili si ulat pun menceritakan kisahnya dengan menangis.
Mendengar kisah Lili ulat yang sangat sedih, bunga mata hati menjadi sangat
iba.
“Tak usah kau menangis lagi kawan.. kau bisa tinggal di
sini. Kau bisa memilih tinggal di pohon ku, atau pohon bunga manapun yang kau
mau. Mereka tak akan menolak, karena mereka adalah rakyat ku”. Kata bunga
matahari.
Mendengar jawaban dari bunga matahari, Lili ulat menjadi
sangat senang. Dia tersenyum dan menghapus air mata di pipinya.
“Benarkah itu kawan?”. Tanya Lili ulat tak percaya.
“Tentu saja benar.. aku tak pernah bohong. Lagi pula tak ada
satu hewanpun yang mau tinggal di pohon atau dahan kami, karena kami tak
memiliki buah. Jika kau mau tinggal di sini, tentu aku akan merasa senang
karena memiliki teman baru”. Jawab bunga matahari .
“Tapi kawan.. kata mereka aku banyak makan. Sehingga mereka
tak mau aku tinggal di dahan mereka. Mereka takut kalau daun mereka habis dan
tak bisaberbuah. Apa kau tak takut kalau daun mu habis seperti yang mereka katakana?”.
Tanya Lili ulat ragu.
“Hahaha.. berarti mereka berfikir sempit. Apalah arti sebuah
daun? Seorang teman lebih berharga dan susah untuk di cari. Sedangkan daun akan
bisa tumbuh lagi dengan sendirinya. Kau tak usah hawatir kawan..”. jawab bunga
matahari dengan bijak.
Lili ulat sangat senang mendengar jawaban yang sangat bijak
itu. Dan mulai saat itu, Lili ulat dan bunga matahari menjadi sahabat baik. Tiap
hari mereka bercanda dan bercerita tentang banyak hal. Itu adalah hari-hari
terindah yang di lalui dua sahabat tersebut. Hingga pada suatu hari..
“Bunga matahari sahabat ku.. ini adalah hari terahir aku
bisa bercanda dengan mu.. “. Kata Lili ulat.
Mendengar perkataan sahabatnya itu, bunga matahari terkejut.
“Memangnya engkau hendak ke mana kawan? Apakah kau mau pergi
mennggal kan aku?” Tanya bunga matahari.
“Tidak sahabat ku.. aku tak akan mungkin meninggalkan
sahabat sebaik diri mu. Aku hanya mau berpamitan.. mulai besok aku akan
berpuasa dan mngurung diri ku untuk tidur panjang. Mungkin sudah saatnya aku
mulai membalas budi baik mu”. Jawab Lili ulat.
“Berpuasa? Tidur panjang? Membalas budi? Apa yang kau maksud
kawan? Aku sama sekali tak mengerti apa maksud ucapan mu..”. kata bunga
matahari bingung.
“Kau akan mengerti nanti pada saatnya kawan.. untuk
sementara, aku akan meminjam dahan mu untuk membangun rumah ku dalam berpuasa..
ku mohon kau mengizinkanya”. Kata lili ulat.
“Apapun yang terbaik untuk mu kawan, aku pasti mendukung
mu..”. jawab bunga matahari.
Ahirnya, mulailah si Lili ulat membuat rumahnya dan
berpuasa. Dia membungkus diri dalam balutan benang-benang yang membentuk sebuah
kantung, dan biasa kita kenal dengan kepompong. Berhari-hari sudah bunga
matahari merawat dan menunggu teman baiknya itu bangun. Dia melindunginya dari
panas, angin, dan juga hujan. Dan ahirnya tibalah waktunya untuk si Lili ulat
bangaun dari tidur panjangnya.
Tapi betapa terkejutnya bunga matahari, karena dia melihat
bukan lagi Lili ulat sahabatnya yang keluar dari kantong itu. Melainkan seekor
mahluk indah bersayap yang sangat indah dan canti.
“Siapa kau? Di mana ulat sahabat ku?”. Tanya bunga matahari
kebingungan.
“Akulah ulat sahabat mu kawan. Kau tak usah heran. Setelah aku
berpuasa dan tidur dalam kantong ini, aku akan berubah menjadi seekor
kupu-kupu. Akau meken banyak ketika menjadi ulat, adalah sebagai bekal puasa ku
untuk menjadi kupu-kupu. Tapi mereka tak tahu itu. Dan kini saatnya aku
membalas budi mu dengan membantu penyerbukan mu dan semua rakyat bunga mu”. Jawab
Kupu-kupu yang ternyata Lili ulat itu.
Mendengar penjelasan dari Liliyang kini menjadi kupu-kupu,
bunga matahari menjadi sangat gembira. Ternyata sahabatnya itu memiliki
kemampuan yang aneh dan luar biasa. Sebuah kemampuan yang tak di miliki oleh
hewan lainya. Dan mulai saat itu, persahabatan mereka menjadi semakin akrab. Dan
persahabatan tersebut berlanjut hingga anak cucu mereka. Kupu-kupu dan bunga
selalu menjadi teman sejati.
0 komentar:
Posting Komentar